SIMALUNGUN - Berbagai elemen masyarakat kembali menyoroti permasalahan yang terjadi di Gedung Lama, RSUD Perdagangan, Jalan Radjamin Purba, Kelurahan Perdagangan III, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, Rabu (12/06/2024), sekira pukul 08.00 WIB.
Sebelumnya diberitakan, terjadinya peristiwa memalukan yang terjadi pada akhir tahun 2023 lalu, setelah terungkap, tenaga medis yakni, seorang wanita berinisial RA saat bertugas shift malam menjadi korban perkosaan dan hingga saat ini masih mengalami trauma psikis.
Hal ini menuai berbagai komentar miring kalangan masyarakat terkait pola kepemimpinan Direktur RSUD Perdagangan terhadap permasalahan serius, seperti yang dialami tenaga medis berinisial RS pada bulan November 2023 yang lalu.
Ketua Lembaga Sosial Masyarakat Peduli Anak Bangsa Kabupaten Simalungun WH Butarbutar menyatakan, apabila sistem pengamanan di RSUD Perdagangan itu diterapkan sesuai standar SOP. Berbagai potensi kejahatan dapat diantisipasi dan bila terjadi seperti yang dialami tenaga medisnya, itu tanggug jawab Direkturnya.
"Alokasi APBD Kabupaten Simalungun untuk RSUD Perdagangan terbilang signifikan. Kenapa, petugas pengamanannya tidak ada dan bagaimana perawatan sarana CCTV, " kata WH Butarbutar melalui sambungan selularnya.
Selanjutnya, Ia mendesak agar Aparat Penegak Hukum melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap Alokasi APBD Kabupaten Simalungun untuk RSUD Perdagangan ini dan disinyalir terjadi berbagai penyimpangan tata kelola keuangannya.
"Kami mohon kepada Bupati Simalungun dan Wakil Bupati Simalungun menyikapi keluhan masyarakat dan segera mencopot jabatan Direktur RSUD Perdagangan, sekaligus kami mendorong agar pihak Penegak Hukum ambil tindakan soal pengelolaan keuangannya, " tandas WH Butarbutar.
Sebelumnya diberitakan,
Meskipun, terhadap para pelaku perkosaan yang dilakukan 3 orang pria saat itu telah tertangkap dan kini, ke-3 pelakunya menjalani proses penegakan hukum di Polres Simalungun.
"Namun, kondisi psikis korban tersebut memprihatinkan dan pihak RSUD Perdagangan terkesan masa bodoh, " ungkap nara sumber.
Di sisi lain, kondisi fasilitas penunjang operasional RSUD Perdagangan minim, terlebih soal sistem pengamanan yang tidak memenuhi standar yang berlaku. Selain itu, fasilitas CCTV tidak berfungsi maksimal.
"Parahnya, petugas pengamanan sama sekali tidak ada di tempat, saat malam hari peristiwa itu terjadi dan ketika pihak Kepolisian melakukan olah TKP, ternyata fasilitas CCTV tidak berfungsi, " beber nara sumber.
Terpisah, Orang tua korban berinisial MAN mengutarakan, keluh kesahnya atas musibah yang dialami anaknya. Ia mengatakan, musibah yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan, merupakan kejadian luar biasa.
"Peristiwa kriminal terjadi di lokasi yang seharusnya menerapkan SOP Pengamanan secara ketat dan dapat dikatakan, peristiwa yang menimpa anak saya tersebut merupakan insiden kecelakaan kerja luar biasa, " sesalnya.
Kemudian, orang tua korban menambahkan, pihak keluarganya mengungkapkan, sejak awal terjadinya musibah terhadap korban, pihak RSUD Perdagangan dituding masa bodoh dan tak memiliki empati terhadap kondisi korban.
"Sepatutnya, secara kedinasan, orang yang berprofesi di bidang kesehatan memiliki empati dan berjiwa sosial tinggi, " tandasnya.
Terpisah, Direktur RSUD Perdagangan dr. Lidya Saragih dikonfirmasi melalui pesan percakapan selularnya, terkait penyampaian keluh kesah orang tua tenaga medis berinisial RA.
Namun, hingga rilis berita ini dilansir ke publik, pejabat nomor satu di RSUD Perdagangan ini, terkesan enggan menanggapi alias bungkam atas penyampaian konfirmasi awak media ini.